Mardy Bum, Lagu cinta sederhana dengan keromantisan yang kaya
Mardy Bum
Lagu ini menjadi
lagu yang selalu saya dengar ketika baru masuk perguruan tinggi, dan masih
berumur 17 tahun. Umur dimana ketika hasrat yang haus akan
pengetahuan-apapun itu- sedang menggebu-gebu dan tidak terbendung. Hasrat saya
akan pengetahuan tertuju pada sebuah lagu dari band asal sheffield,
inggris, Arctic monkeys. Saya memang selalu tertarik dengan
lagu yang mempunyai judul yang tidak biasa, dalam artian, kata dalam bahasa
inggris yang jarang kita temui dimana mana, dan Mardy Bum adalah salah satu
judul lagu yang menurut saya terdengar aneh (bahkan sangat aneh) karena saya
benar-benar tidak menemukan penjelasan yang jelas tentang apa arti kata dari
judul tersebut.
Setelah penasaran
dengan judulnya, saya penasaran dengan musik dan tentu saja liriknya. Oh, iya,
saya termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang peduli akan lirik dari
sebuah lagu. Kemudian terputarlah Mardy Bum dengan musiknya yang menurut saya
lucu, kemudian setelah beberapa kali dengar, saya mencoba mencari
liriknya dengan bantuan internet dari warnet saya sendiri. Mencari lirik dari
sebuah lagu menurut saya adalah sebuah perjuangan yang menyenangkan. Lalu ketika saya sudah mendapatkan
lirik mardy bum, rasa penasaran saya berubah menjadi rasa kagum yang luar
biasa. Saya selalu tersenyum ketika membaca lagi liriknya yang menurut saya
sangat tidak biasa bila dibandingakn band-band lain yang pernah saya dengar.
Saya juga baru mengetahui bahwa Mardy Bum adalah salah satu lagu cinta yang
manis dari keseluruhan lagu yang ada di album full pertama mereka.
Menurut saya Mardy
Bum adalah cerita sederhana sebuah hubungan percintaan yang sudah tidak
romantis. Berbeda dengan lagu cinta dari band-band lain yang saya dengar pada
masa itu, Alex turner bisa membuat lirik yang sebenarnya sederhana tapi
terdengar manis tanpa ada kata-kata “i love you”, “i need you”, dan “c’mon
baby” pada lirik “Oh there's a very pleasant side to you a
side I much prefer, It's one that laughs and jokes around”, kemudian
muncul kata-kata manis “Remember cuddles in the kitchen Yeah, to get
things off the ground” lalu setelah itu “And it was up,
up and away, Oh, but it's right hard to remember, that on a day like today when
you're all argumentative and you've got the face on” ketika
diantara mereka tidak menemukan cara untuk romantis lagi. ketika kita marah
dengan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa untuk dimaafkan, Ketika hanya ada
perdebatan yang tidak selesai, ketika perbincangan ringan kemudian menjadi
sebuah pertengkaran yang tidak akan pernah ada habisnya, dan
masing2 sudah merasa muak, “Yeah I'm sorry I was late
well I missed the train and then the traffic was a state and I can't be arsed
to carry on in this debate That reoccurs, oh when you say I don't care, well of
course I do, yeah I clearly do!”
Tapi alex tidak
membiarkan masalah ini terus-menerus, dia mencoba untuk “membujuk” ketika dia
mengulang lagi bagian refrain tapi dengan sedikit penekanan “Can't we
laugh and joke around?? Remember cuddles in the kitchen, yeah, to get things
off the ground” tapi sampai pada akhir lagu atau, pada
refrain terakhir pun, mereka berdua tidak menemukan kata sepakat untuk
berbaikan.
Alex bercerita
dengan sedikit intonasi yang tidak kasat telinga menurut saya, (hahaha saya
barusan membuat istilah sendiri :p). Ketika dia memberikan tambahan “can’t
we...?” “It's one that...” “so..” di
setiap refrain yang menurut saya, jarang dilakukan oleh seorang penulis lagu
yang mempunyai lirik yang bercerita. Kata kata “remember cuddles in the
kitchen” adalah pemilihan kata yang benar-benar menyentuh ketika
sepasang kekasih, mungkin sedang berpelukan ketika sedang membuat teh atau kopi
yang akan dinikmati bersama. Ketika sisi romantis yang muncul di dapur yang
menurut saya, sangat sederhana untuk pemilihan kata disebuah lagu yang romantis
yang mungkin tidak ditemukan pada lagu lain. Dapur, tempat paling belakang
disetiap rumah, kadang menyimpan sisi romantis.
Lirik romantis
yang sederhana tapi dibungkus dengan pilihan kata dan pemilihan intonasi yang
sudah saya bilang tadi, “tidak kasat
telinga” (hahaha) membuat lagu ini menjadi spesial menurut saya untuk sebuah lagu yang romantis. Banyak lagu
romantis yang saya dengar ketika masih bersekolah dulu, tapi tidak ada yang sesederhana Mardy Bum ketika
ia berbicara tentang sebuah hubungan yang sudah tidak harmonis lagi.
Sampai sekarang,
saya selalu tersenyum setiap mendengar lagu ini, lagu yang mungkin bisa membuat
kita berpikir akan kenangan dan tidak bertindak bodoh untuk marah akan sesuatu
yang kecil dan sederhana.
Komentar
Posting Komentar